Blogger news

Akulturasi dan Internalkultural  

Posted by Andi Alief HS


Akulturasi 
Suatu  proses social  yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Candi Borobudur yang merupakan perpaduan anatar budaya India dan budaya Indonesia.
Menurut Garbarino:"Acculturation (is) the process of culture change as a result of long term, face to face contact between two societies" (Garbarino, 1983). “Akulturasi (adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat jangka panjang, tatap muka kontak antara dua masyarakat "(Garbarino 1983).

      Menurut Redfield, Linton, Herskovits : Akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu, dan mengadakan kontak secara terus menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akulturasi

 Secara garis besar, ada dua faktor yang menyebabkan akulturasi dapat terjadi, yaitu:

Faktor Intern 
  • Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
  • Adanya penemuan baru. Discovery --- penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention --- penyempurnaan penemuan baru. Innovation ---pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
  • Konflik yang terjadi dalam masyarakat.
  • Pemberontakan atau revolusi
Faktor Ekstern 
  • Perubahan alam
  • Peperangan
  • Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi(pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi(pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).
      Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi dalam taraf individu adalah faktor-faktor kepribadian seperti toleransi, kesamaan nilai, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Dua budaya yang mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah mengalami akulturasi dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai.

Relasi Internakultural

adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras,etnis, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.

Internakultural ini sendiri dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara
Teori psikologi
.  John B Watson (1878-1958)
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran.

Jadi, akulturasi dan relasi internakultural saling mempengaruhi karena dengan akulturasi seseorang dapat mengetahui kebudayaan asing yang ada sedangkan relasi internakultural merupakan komunikasi antar budaya  yang hidup didalam nya masyarakat yang berbeda ras,suku,etnis dll. Yang menjadikan budaya semakin beragam adalah karena manusia hidup dengan diturunkannya warisan budaya dari generasi terdahulu sampai generasi selanjutnya. Dari teori psikologi sendiri hal kebudayaan berpengaruh melalui suatu proses pengkondisan dalam hal ini akulturasi dan relasi internakultural terjadi melalui proses pengkondisian yang terjadi dengan adanya stimulus dan respon yang merangkai menjadi suatu kompleks perilaku. Dengan akulturasi seseorang belajar untuk mengkondisikan bagaimana pengaruh asing mempengaruhi kebudayaan pribumi dan relasi internakultural terjadi dengan adanya pengkondisian komunikasi antar budaya yang membuat manusia saling berinterkasi dengan budaya yang bermacam-macam di dunia ini. 

sumber: 

http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-akulturasi.html

Transmisi Budaya & Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan  

Posted by Andi Alief HS




Transimi budaya adalah salah satu penyebaran budaya dari budaya yang satu ke budaya yang lain, dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Transmisi budaya dapat terjadi karena adanya toleransi antar masyarakat yang menganut budaya-budaya tersebut. Transmisi budaya dapat diperoleh melalui media massa, desas-desus maupun dengan cara belajar. Transmisi budaya dapat berpengaruh positif atau negatif tergantung bagaimana masyarakat memandang maupun mengartikan dari budaya tersebut.cara sekelompok orang atau hewan dalam masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan menyampaikan informasi baru. Gaya belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana suatu budaya sosialisasi dengan anak-anak dan orang muda. Lintas-budaya penelitian di lima puluh tahun terakhir telah terutama difokuskan pada perbedaan antara budaya Timur dan Barat (Chang, et al., 2010). Beberapa sarjana percaya bahwa perbedaan budaya belajar mungkin tanggapan terhadap lingkungan fisik di daerah di mana budaya awalnya didirikan (Chang, et al., 2010). Perbedaan lingkungan meliputi iklim, pola migrasi, perang, kesesuaian pertanian, dan patogen endemik. Evolusi budaya, di mana pembelajaran budaya dibangun, diyakini menjadi produk dari masa lalu hanya 10.000 tahun dan terus sambungan sedikit genetika (Chang, et al.., 2010).
Ada beberapa bentuk transmisi budaya diantaranya adalah yang pertama adalah :

1.   Enkulturasi. Enkulturasi adalah proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya selama hidup seseorang diperoleh dari lingkungan keluarga terutama ibu. Misalnya Jika seorang ibu menyuruh anaknya untuk mencuci kaki sebelum tidur besar kemungkinan sang anak akan mewariskan perilaku tersebut kepada anaknya pula. 

2.    Akulturasi . Akulturasi adalah suatu proses sosial manakala suatu  kebudayaan asli  tertentu di ketemukan dengan budaya asing tanpa menghilangkan ciri khas dari budaya asli tersebut. Dalam akulturasi terdapat rasa terbuka dan toleransi antar masyarakat yang menerima budaya tersebut. Misalnya di Bali, akulturasi disana sangat kuat dengan datangnya para turis mancanegara . Orang-orang di Bali terbiasa dengan bahasa asing namun tetap tidak meninggalkan nilai-nilai bangsa sendiri seperti kesopanan dan keramahan.

3.   Sosialisasi . Sosialisasi adalah proses penyesuaian diri dengan lingkungan, yakni apabila seorang individu dari masa kanak-kanak hingga dewasa berkembang, belajar, berhubungan dan mengenal dengan orang lain.  

Aspek kunci dari budaya adalah bahwa hal itu tidak diteruskan secara biologis dari orang tua kepada keturunannya, melainkan belajar melalui pengalaman dan partisipasi. Proses di mana seorang anak memperoleh budaya sendiri disebut sebagai enkulturasi . Belajar budaya memungkinkan individu untuk memperoleh keterampilan yang mereka akan mampu untuk mandiri selama hidup mereka (Van Schaik & Burkart, 2011). Belajar budaya diyakini sangat penting bagi manusia. Manusia disapih pada usia dini dibandingkan dengan munculnya gigi dewasa (MacDonald, 2007). Ketidakmatangan gigi dan sistem pencernaan, waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, pertumbuhan yang cepat skeletory diperlukan bagi kaum muda untuk mencapai tinggi dewasa dan berarti kekuatan yang anak memiliki kebutuhan khusus dan pencernaan tergantung pada orang dewasa untuk jangka waktu yang panjang (MacDonald, 2007). Kali ini ketergantungan juga memungkinkan waktu untuk belajar budaya terjadi sebelum menuju kedewasaan.
Atas dasar pembelajaran budaya, orang menciptakan, ingat, dan berurusan dengan ide-ide. Mereka memahami dan menerapkan sistem spesifik dari makna simbolis . Budaya telah dibandingkan dengan set mekanisme kontrol , rencana, resep, aturan, atau instruksi. Perbedaan budaya telah ditemukan dalam motivasi akademik, prestasi, gaya belajar, kesesuaian, dan kepatuhan (Chang, et al., 2010). Belajar budaya tergantung pada inovasi atau kemampuan untuk membuat tanggapan baru terhadap lingkungan dan kemampuan untuk berkomunikasi atau meniru perilaku orang lain (Lehmann, Feldman & Kaeuffer, 2010). Hewan yang mampu memecahkan masalah dan meniru perilaku orang lain karena itu dapat mengirimkan informasi di seluruh generasi.
Cass Sunstein baru-baru ini menggambarkan bagaimana Wikipedia menggerakkan kita melewati batas yang kaku dari perencanaan sosialis yang Friedrich Hayek diserang dengan alasan bahwa "perencana tidak mungkin bisa mendapatkan bit tersebar dari informasi yang dimiliki oleh anggota masyarakat. Hayek menegaskan bahwa pengetahuan tentang individu, diambil secara keseluruhan, jauh lebih besar daripada setiap rajin, komisi atau dewan namun dan ahli ".
Sumber ;
·   http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/01/transmisi-budaya-dan-pendidikan.html

Psikologi Lintas Budaya Beserta Hubungannya dengan Ilmu Lain  

Posted by Andi Alief HS



           
1.   Pengertian & Tujuan          
Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan.Tokoh  Brislin, Lonner, dan Thorndike, (1973) : menyatakan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan.
Tujuan dari lintas-budaya psikolog adalah untuk melihat manusia dan perilakunya dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang ada disekitar kita . untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.

2.  Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lain

a.      Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
Psikologi lintas-budaya dan antropologi sering tumpang tindih, baik disiplin cenderung memfokuskan pada aspek yang berbeda dari suatu budaya. Sebagai contoh, banyak masalah yang menarik bagi psikolog yang tidak ditangani oleh antropolog, yang memiliki masalah mereka sendiri secara tradisional, termasuk topik-topik seperti kekerabatan, distribusi tanah, dan ritual. Ketika antropolog melakukan berkonsentrasi pada bidang psikologi, mereka fokus pada kegiatan dimana data dapat dikumpulkan melalui pengamatan langsung, seperti usia anak-anak di sapih atau praktek pengasuhan anak. Namun, tidak ada tubuh yang signifikan data antropologi pada banyak pertanyaan yang lebih abstrak sering ditangani oleh psikolog, seperti konsepsi budaya intelijen.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

b.      Psikologi Lintas Budaya dengan Kepribadian
Kepribadian merupakan konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir dan perilaku manusia, serta bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih nesar, yaitu budaya sebagai konstuk sosial. Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi yang terdiri atas faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Hal pertama yang menjadi perhatian dalam studi lintas budaya dan kepribadian adalah perbedaan diantara keberagaman budaya dalam memberi definisi kepribadian. Dalam literature-literatur Amerika umumnya kepribadian dipertimbangkan sebagai perilaku, kognitif dan predisposisi yang relatif abadi. Definisi lain menyatakan bahwa kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran, perasaan dan perilaku yang berbeda antara individu dan cenderung konsisten dalam setiap waktu dan kondisi. Ada dua aspek dalam definisi ini, yaitu kekhususan (distinctiveness) dan stablilitas serta konsistensi (stability and consistency). Semua definisi di atas menggambarkan bahwa kepribadian didasarkan pada stabilitas dan konsistensi di setiap konteks, situasi dan interaksi. Definisi tersebut diyakini dalam tradisi panjang oleh para psikolog Amerika dan Eropa yang sudah barang tentu mempengaruhi kerja ataupun penelitian mereka. Semua teori mulai dari psikoanalisa Freud, behavioral approach Skinner, hingga humanistic Maslow-Rogers meyakini bahwa kepribadian berlaku konsistan dan konsep-konsep mereka berlaku universal. Dalam budaya timur, asumsi stabilitas kepribadian sangatlah sulit diterima. Budaya timur melihat bahwa kepribadian adalah kontekstual (contextualization). Kepribadian bersifat lentur yang menyesuaikan dengan budaya dimana individu berada. Kepribadian cenderung berubah, menyesuaikan dengan konteks dan situasi.

Sumber :
·      nurdiniamalia.files.wordpress.com/.../kajian-psikologi-lintas-budaya
·      http://dhaniramdhani.blogdetik.com/2010/09/30/makalah-2/