1. Pengertian & Tujuan
Psikologi lintas budaya
adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara
psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai
hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan
ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam
ubahan-ubahan tersebut.Menurut Segall,
Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku
manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk
dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan
perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan
antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak
persoalan.Tokoh Brislin, Lonner, dan Thorndike, (1973) :
menyatakan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota
berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat
membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan.
Tujuan dari lintas-budaya psikolog adalah untuk melihat manusia dan perilakunya
dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang ada disekitar
kita . untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk
mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.
2. Hubungan
Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lain
a. Psikologi
Lintas Budaya dengan Antropologi
Psikologi lintas-budaya
dan antropologi sering tumpang tindih, baik disiplin cenderung memfokuskan pada
aspek yang berbeda dari suatu budaya. Sebagai contoh, banyak masalah yang
menarik bagi psikolog yang tidak ditangani oleh antropolog, yang memiliki
masalah mereka sendiri secara tradisional, termasuk topik-topik seperti
kekerabatan, distribusi tanah, dan ritual. Ketika antropolog melakukan
berkonsentrasi pada bidang psikologi, mereka fokus pada kegiatan dimana data
dapat dikumpulkan melalui pengamatan langsung, seperti usia anak-anak di sapih
atau praktek pengasuhan anak. Namun, tidak ada tubuh yang signifikan data
antropologi pada banyak pertanyaan yang lebih abstrak sering ditangani oleh
psikolog, seperti konsepsi budaya intelijen.Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan
pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
b. Psikologi
Lintas Budaya dengan Kepribadian
Kepribadian merupakan
konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian
mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir dan perilaku manusia,
serta bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu yang tak lepas
dari konsep kemanusiaan yang lebih nesar, yaitu budaya sebagai konstuk sosial.
Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi yang terdiri
atas faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Hal pertama yang
menjadi perhatian dalam studi lintas budaya dan kepribadian adalah perbedaan
diantara keberagaman budaya dalam memberi definisi kepribadian. Dalam
literature-literatur Amerika umumnya kepribadian dipertimbangkan sebagai
perilaku, kognitif dan predisposisi yang relatif abadi. Definisi lain
menyatakan bahwa kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran,
perasaan dan perilaku yang berbeda antara individu dan cenderung konsisten
dalam setiap waktu dan kondisi. Ada dua aspek dalam definisi ini, yaitu
kekhususan (distinctiveness) dan stablilitas serta konsistensi (stability
and consistency). Semua definisi di atas menggambarkan bahwa kepribadian
didasarkan pada stabilitas dan konsistensi di setiap konteks, situasi dan
interaksi. Definisi tersebut diyakini dalam tradisi panjang oleh para psikolog
Amerika dan Eropa yang sudah barang tentu mempengaruhi kerja ataupun penelitian
mereka. Semua teori mulai dari psikoanalisa Freud, behavioral approach
Skinner, hingga humanistic Maslow-Rogers meyakini bahwa
kepribadian berlaku konsistan dan konsep-konsep mereka berlaku universal. Dalam
budaya timur, asumsi stabilitas kepribadian sangatlah sulit diterima. Budaya
timur melihat bahwa kepribadian adalah kontekstual (contextualization).
Kepribadian bersifat lentur yang menyesuaikan dengan budaya dimana individu
berada. Kepribadian cenderung berubah, menyesuaikan dengan konteks dan situasi.
Sumber :
·
nurdiniamalia.files.wordpress.com/.../kajian-psikologi-lintas-budaya
· http://dhaniramdhani.blogdetik.com/2010/09/30/makalah-2/
This entry was posted
on Sabtu, 13 Oktober 2012
at 06.35
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.